Jumat, 21 Juni 2013

Untuk sahabat yang sedang seperti aku

Filled under:

Secangkir kopi, dan berbatang tembakau. menemaniku di sudut ruang itu. aku hanya punya dua kerat roti dan sedikit selai strawberry. untuk membantuku melawan rasa lapar dan memberiku tambahan energi untuk menyelesaikan malamku yang tinggal separuh. 
aku tau kawan, tidaklah mudah me-manage waktu. karena waktu tak pernah mau berkompromi dengan kita, satu kali pun. dan aku juga maklum, jika surat ini tak sampai utuh sempat kau baca. aku paham kesibukanmu berkejaran dengan waktu, seperti aku juga. ah... mungkin menurutmu surat ini memang nanti saja aku tulis. buang buang waktu, mungkin demikian cemooh mu.

Tapi entah kenapa sejak kemarin, serumpun kata bertumpuk di benak. Aku ingin berbagi sekelumit renungan yang tiada habisnya kupikirkan.

Ingatkah kau tentang diskusi kita tempo lalu, perihal eksistensi Nietzche, dan Kiekergard? Kini aku bersyukur sempat mengenal buah pikiran mereka. Aku juga bersyukur sempat mendengar pendapat Al-Ghazali, serta Iqbal dari para guru dan kiai.

Kawan, mungkin kau ingat, bagaimana Kierkegaard membagi strata pemikiran dan orientasi hidup manusia dalam tiga kelompok. Estetis, Etis dan Religius. Ya, ada benarnya kupikir, kalau melihat bagaimana kita menjalani hidup.Estetika, adalah salah satu bagian orientasi kehidupan manusia. Tuhan memberikan hasrat bagi manusia, sehingga kita bisa merasakan keindahan, selera dan perasaan. Estetika lah yang melahirkan karya karya besar. memberikan eksistensi luar biasa pada Da Vinci, Beethoven, sampai Michael Angelo. lumrah saja kita senang pada alunan suara yang merdu, dan pada keelokan rupa. jangan lah heran pada Don Juan yang senang mencicipi wanita wanita cantik di sepanjang hidupnya, atau pada Madonna yang merasa nyaman dengan berganti ganti pasangan. mereka punya hasrat yang menginjeksi tindakannya,. sebagai bagian dari eksistensi mereka, yang memuja estetika adalah para pemburu hasrat hasrat sesaat itu. namun, hati nurani memang tak bisa di bohongi. spesifikasi fitrah dalam tubuh manusia telah menjalankan peradaban manusia untuk mengevaluasi hal hal seperti itu. maka muncullah kelompok untuk membendungnya.

 Etis, Maka hadirlah kelompok ke dua ini, yang cenderung kaku pada konsepsi ideal. Kelompok eksist ini tak kan bisa menerima pemuasan hasrat tak etis. Terlebih jika idealisme mereka (estetis) terlalu mengawang, dan tak dibumbui nilai-nilai etis. Moral adalah hal yang paling mendominasi kelompok ini, tak ada nilai tawar pada sebuah ke etisan. apapun resikonya.Lalu, di samping persetruan dua kelompok itu, ada satu kelompok orientasi lagi yang di sebut kiekergaard. kelompok ini cenderung terobsesi untuk mendekati nilai-nilai ketuhanan, mengabdi pada titah-titah suci, yang diyakini membawa kebaikan. ini lah orientasi spiritual, religiusitas. nilai nilai trancedent yang mungkin masih terlalu jauh untuk ku pahami.Bahkan setelah Ku telusuri Rumi, dan ku jelajahi Al hallaj, bahkan membawaku kepada Nietzche.
Lantas dimana aku memilih mengelompokkan diri? lagi-lagi pertanyaan tak penting yang mungkin tak ingin kau ketahui.
Aku ingin mengolaborasikan itu semua dalam diriku. Dan aku mulai sadari selama ini, pergulatanku di tiga wilayah tersebut belum pernah tuntas secara istiqomah.
Aku mencoba tetap berpegang pada nilai-nilai etis, tanpa mengabaikan pentingnya estetika. Dan aku ingin memasrahkan semua ini pada Tuhan. 
Tuhan yang manakah? Kau tentu kan bertanya demikian. Sebab kita pernah sepakat bahwa Tuhan dalam konsep, memiliki sifat yang beragam. Dan dalam praktik, tuhan kerap menjelma dalam hal-hal remeh yang berjuta bentuknya.

Kita tahu, dalam praktik, tuhan menjelma dalam uang, kadang juga merupa dalam diri wanita cantik, dalam sebuah jabatan dan ketenaran, atau bahkan ia merasuk dalam logika. Ya, kita sering tak sadar mempertuhankan mereka..Ah.

nah kawan, Kopiku sudah habis, Rotiku tinggal sekerat lagi, dan hanya secuil selai strawberry. maukah kau membantuku dengan pertanyaan ini? selagi aku makan sisa roti ini.. 




(zm)
Banda Aceh Tengahmalam 

0 komentar:

Posting Komentar