Senin, 22 Oktober 2012

Indonesia Berbudaya

Filled under:


INDONESIA BERBUDAYA
Kebanjiran Kesenian Asing.
Jangan Melawan, Olah saja






**** 



Sudah bukan rahasia lagi, Indonesia merupakan lahan lebar nan subur untuk bangsa bangsa lain dalam menjual produk kebudayaannya, sebut saja Korea, China, Jepang sampai pada benua seberang seperti Amerika dan Eropa. Ditengah gempuran budaya budaya asing tersebut, terkhusus kepada budaya kesenian asli bangsa Indonesia seperti pajangan tak berharga yang menjadi pelengkap kesenian kesenian asing tersebut
Namun, tidak dapat dipungkiri, kekuatan dominasi Negara amat besar mempengaruhi kekuatan berbudaya, agaknya dalam hal ini, kita wajib berlapang dada melihat posisi Indonesia yang tak seberapa macho di kancah global, oleh karena itulah. Kebudayaan asing yang membanjiri bangsa ini sudah sepatutnya diolah menjadi konsumsi ringan sebagai penambah cita rasa dalam berseni di negeri sendiri tanpa mengubah esensi dan hikmah yang terkandung dalam budaya asli kita.



Budaya dan kesenian, seperti dipaparkan dalam ToR topic essai, adalah dua bagian saling pantul, saling pukul dan saling rangkul. Budaya merupakan keseluruhan system yang ada dimasyarakat mulai dari cara mencari makan, cara berpikir termasuk juga cara berseni. Setiap daerah di Indonesia punya cara sendiri sendiri dalam menjalankan seninya masing masing. Cara suatu masyarakat bertani misalnya dengan menggunakan palung padi, menghasilkan kesenian tumbuk padi yang diaplikasikan dalam tarian leusung. Namun hakikat utamanya bukanlah cara menumbuk padi menjadi beras, akan tetapi semangat solidaritas dan kekeluargaan yang terkandung didalam proses tumbuk padi tersebut. Rasa saling bergantung satu sama lain demikian terpupuk antar warga. Sungguh berbeda dengan sekarang, penggilingan padi dilakukan dengan mesin mesin modern yang tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, sehingga mereduksi nilai nilai kekeluargaan yang mestinya terjalin di dalam masyarakat. Singkatnya begini, semakin dekat manusia dengan kebutuhannya, maka jalinan kebersamaan dengan manusia lainnya akan berkurang.
Indonesia adalah Negara yang luar biasa, dari segi ragam budaya dan keseniannya, terdapat lebih dari 300 suku bangsa yang mendiami pulau pulau besar dan kecil yang terangkum dalam bingkai NKRI. Namun keragaman budaya tersebut dengan sangat mudah digerus oleh budaya budaya asing yang mampir ke Indonesia, sebut saja yang sedang nge-trend saat ini, K-POP (Korean Pop), salah satu jenis music yang memadukan tarian tarian dengan nyanyian. Ditambah dengan fisik artisnya yang memang aduhai dan menggoda, K-POP sudah terlalu jauh merasuki pikiran remaja remaja Indonesia. Maka, dalam tempo singkat, lahirlah Boyband-Boyband dan Girlband. Tidak salah memang, disatu sisi kehadiran mereka menambah ramai blantika music di Indonesia, namun yang sangat disayangkan adalah pemujaan yang tidak rasional terhadap budaya asing tapi memandang sebelah mata kebudayaan seni asli daerahnya.
Menurut hemat saya, ada beberapa faktor yang menggiring paradigma remaja Indonesia sebagai pewaris kebudayaan ke arah tersebut:
1.      Dalam kurikulum Pendidikan Indonesia, kebudayaan hanya diajarkan sebagai hasil karya dan karsa manusia. Padahal tentunya lebih dari itu, budaya adalah identitas berkebangsaan, cara hidup yang diwariskan turun temurun, yang wajib dijaga kelestariannya.


2.      Kebudayaan Asli Indonesia diajarkan dengan sangat konservatif, sehingga menimbulkan kesan kuno dan kumuh. Tidak memiliki nilai seni tinggi dan tidak usah dipelajari. Remaja butuh pengakuan akan eksistensinya, dan untuk memperoleh pengakuan dibutuhkan inovasi, dalam hal berseni tentu dengan improvisasi. Gaya konservatif belajar seni lokal menghambat kreatifitas remaja, sehingga semakin mudah mereka meninggalkannya.
3.      Sifat latah remaja Indonesia yang serba ingin modern dan terlihat techno, namun sayangnya tidak dibarengi oleh pengetahuan yang mumpuni soal kebudayaan itu sendiri.
4.      Ada perbedaan penafsiran antara seniman dan artis, seniman adalah orang tua berambut gondrong dengan penampilan lusuh dan dekil yang sedang memegang gamelan, sedangkan artis adalah pemuda ganteng necis yang sedang melompat lompat diatas panggung bertaburkan cahaya emas dan perak. Sederhana, namun efeknya besar. Ikon budaya lokal adalah seniman, dan ikon budaya asing adalah artis. Padahal, sama saja.
5.      Domimasi kebudayaan jawa melalui media, menghancurkan semangat pemuda dan remaja dari daerah selain untuk berkarya dan berinovasi di dalam kebudayaannya sendiri. Kelemahan hati ini, akan terus menerus tergerus oleh masuknya kesenian asing yang kebanyakan bertolak belakang dengan nilai nilai dan norma yang berlaku di daerahnya.

Hal hal sederhana tersebut memang benar benar sederhana, akan tetapi efek yang ditimbulkannya bersifat psikologis dan memacu arah berpikir kearah yang tidak kita harapkan. Lihat saja di media, berapa banyak penampilan seni lokal yang ditayangkan, bandingkan dengan penampilan penampilan seni dari luar negeri ( Rock N Roll, Jazz, K-POP, dll ). Racun seni ini masuk setiap hari kedalam rumah kita tanpa kita sadari. Membentuk paradigma pemuda pemudi Indonesia.
Memang, membendung banjir music luar seperti mimpi bagi Indonesia. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kebudayaan kebudayaan tersebut diolah menjadi sekedar influence dari music lokal, dipadukan sedemiki­­­an rupa sehingga melahirkan karya berhakikat lokal, namun tetap mengandung unsur modernnya. Mudah ditulis bukan berarti mudah dipraktekkan, memadukan dua jenis kesenian tanpa menghilangkan keaslian dan esensi yang diwariskan dalam kesenian tersebut tidaklah gampang, oleh karena itu, peran akademisi seni dan music amat diperlukan disini.
Dalam hal peranan media, mengapa tidak sesekali membuat event audisi music lokal, yang hanya memperbolehkan music dan instrument lokal untuk dimainkan. Jangan melulu mengaudisi penyanyi, pemusik, dan lain lain yang selalu saja menyanyikan lagu lagu bernuansa rock, blues, bahkan terkadang sampai metal. Semoga saja dengan demikian, di masa depan, kita akan melihat angklung dimainkan di panggung megah nan bercahaya, oleh pemuda tampan berbaju batik di luar negeri sana.


#artikel ini saya kirimkan ke "MENJADI INDONESIA"

0 komentar:

Posting Komentar